...malam itu suasana Segara Anak dan sekitarnya terlihat terang, cuaca cerah dan bintangpun bertebaran dia atas danau nan biru yang tersinari cahaya sang rembulan.
Lima buah tenda kami pasang persis menghadap ke danau, usai menyantap menu makan malam api unggun pun kami nyalahkan…sebotol wine kami buka untuk menyemarakan suasana malam itu……
Dengan disinari cahaya sang rembulan, suasanapun semakin ceria dengan gelegar tawa mengulas kisah perjalanan kemarin hingga siang tadi….
Mau tau cerita pendakiannya…ikuti terus kisah perjalan dan foto ini…
Perjalanan yang heboh menuju Sembalun
Seiring berakhirnya azan Isya, kendaraan engkel yang kami charter berangkat dari kota Mataram menuju Desa Sembalun Lawang yaitu desa entri point untuk mendaki Gunung Rinjani. Kami semua ber tujuh yaitu : Tanto, Omar, Nora, Ludo, Ola, Song dan saya sendiri, kami mendaki Rinjani hanya dalam rangka mengisi long weekend.
Tanpa kami rencanakan ternyata kru (crew) kendaraan yang kami charter ada tiga orang (pengemudi, kondektur dan temannya) mereka duduk bertiga di bangku depan, hari beranjak malam kendaraan yang membawa kami segera melesat kearah luar kota Mataram. tak lama terlihat mereka mengambil sebotol minuman yang entah apa namanya dan mulai meminumnya secara bergantian.
Saya sedikit bertanya pada seorang kru "minuman apa itu mas?" dan ia jawab "ini arak, mau coba?" ia balik menawarkan, spontan beberapa teman terheran-heran. lalu saya coba menjelaskan ke teman-teman "itu biasa mereka kalau jalan malam hari tradisinya selalu minum...tapi tetap konsentrasi ko..".
sekitar 1 jam perjalanan, ada razia kendaraan tepat di depan kantor Polsek Tanjung dan kendaraan yang kami tumpangi di tangkap karena bermasalah dengan kelengkapan surat-surat. setelah bernegosiasi selama 30 menit akhirnya kendaraan di bebaskan tentunya setelah "berdamai ria" dan lamipun segera melanjutkan perjalanan.
mejelang tengah malam kami melelui tanjakan yang cukup terjal, hingga mobilpun harus berjalan zig-zag agar tetap bisa menanjak. hingga di satu ketika mobil mogok tepat di sebuah jalan yang cukup terjal, sekilas mereka terlihat panik salah seorang kru mencoba menenangkan kami "tenang-tenang...duduk ajah..!!" namun kami yang juga panik melihat kondisi itu, spontan kamipun berhamburan keluar kendaraan.
setelah melewati berbagai masalah akhirnya kami tiba di Desa Sembalun, dua orang porter yang kami hubungi tadi siang sudah menunggu di dekat Pos pendakian. kami segera di ajak cottages Pondok Sembalun utuk segera beristirahat.
Mentari sudah agak tinggi ketika kami mulai bangun dan keluar dari penginapan, maklum efek dari petualangan tadi malam. Tak lama kami segera sarapan pagi dengan menu nasi goreng jatah breakfast dari penginapan, usai sarapan kita urus perijinan di Pos pendakian Sembalun. Prosesnya tak terlalu rumit..cukup mengisi daftar tamu dan membayar retribusi ticket masuk, lalu kita siap melakukan pendakian.
Warna-warni bunga di sepanjang jalan seraya menjadi hiasan, semua sedang bermekaran putih, kuning, merah...semua menambah indah pemandangan di jalur awal pendakian. sebetulnya di jalur awal jalannya masih bisa dilalui kendaraan roda empat hingga ke ujung jalan, namun entah kenapa saya tidak terfikir untuk mencarter colt bak terbuka padahal lumayan menghemat tenaga.
Matahari makin beranjak tinggi dan panasnya cukup menyengat kulit, dengan langkah perlahan namun pasti kita tetap berjalan. Padang rumput yang luas mulai menjadi objek pemandangan kami, bagaikan permadani yang menghapar di sinari cahaya matahari menamnah indah panorama sepanjang jalur.
seiring gerimis mereda lewat pukul 13.00 kami tiba di Pos I, disini kami menghentikan perjalanan untuk beristirahat dan makan siang. beberapa rombongan pendaki mulai berdatangan hendak turun menuju Sembalun, sesekali kami bertegur sapa sambil menawarkan minuman hangat yang juga sedang kami nikmati.
Usai makan siang perjalanan kami lanjutkan, masih melewati padang savanna yang luas dan indah. target kami hari ini sebetulnya adalah Pos II, namun karena fisik yang masih segar dan waktu juga masih memungkinkan maka kami lanjut menuju Pos III. Hari mulai gelap ketika kami tiba di Pos III, porter yang membantu kami dengan sigap membuka 5 buah tenda yang mereka bawa lalu merekapun berbagi tugas untuk membuat perapian dan masak makan malam.
Sementara itu Ludo bergegas menjemput Ola dan Tanto yang belum juga tiba di Pos ini, ia membawakan headlamp cadangan karena khawatir gelap. Tak lama merekapun tiba dan bergabung disini, suasanapun semakin meriah setelah semua bergabung. Seiring terbitnya sang Rembulan makan malam sudah tersaji dan siap kami santap bersama, menu malam ini Nasi putih, Sop hangat, rendang dan telur dadar...
Mendaki Tanjakan Penyesalan
kicau burung bersautan menyambut pagi yang cerah, satu persatu kami segera keluar dari peraduannya. Udin segera menawarkan kami minuman hangat " mau minum apa? Kopi atau teh ya...?" dan tak lama kami semua sudah bangun dan siap menyambut pagi. Semburat cahaya sang mentari berganti biru langit yang cerah menghias cakrawala pagi ini, pucuk-pucuk pinus seraya berlomba menyambut suasana.
Setangkap roti panggang isi telur omelet menjadi menu sarapan pagi kami, lumayan menggajal perut yang belum terlalu lapar. Pagi ini kami siap beraktifitas, mulai dari mempacking perlengkapan dan siap menghadapi medan "tanjakan penyesalan" yang konon lintasannya terus menanjak tanpa bonus landai.
yah...itulah resiko dan tantangan yang harus di hadapi dalam setiap pendakian gunung. walaupun terjal harus dijalani. Ludo, Omar dan Song berjalan paling depan, saya, Ola dan Nora di posisi tengah, sementara Tanto dan satu orang porter kami berjalan paling belakang. Di antara rindangnya pepohonan cemara saya bertiga sempat beristirahat untuk sekedar minum teh hangat dan makan makanan ringan sekedar untuk pengganjal perut.
Tepat pukul 11.00 Lodo dkk sudah tiba di Plawangan, kabar itu kami dapat dari rombongan yang berpapasan saat turun, tak lama saya menyusul. Tanto tertinggal jauh di belakang karena kaki kirinya lecet oleh gesekan sepatunya yang sudah lama tidak ia pakai. Sementara yang lain menuju camp, saya tetap menunggu Tanto di Plawangan.
begitu lamanya hingga ku putuskan untuk meninggalkan Tanto, lalu saya mengutus Udin untuk menyusul dan membantu membawa bwbannya. Setelah semua berkumpul, aktivitas seperti biasa ada yang bercanda dan bercerita pengalaman sepanjang perjalanan. Tak lupa kam mengabadikan moment sore yang indah di Plawangan.
Malam ini kami sengaja cepat beristirahat agar dapat bangun pukul 03.00 pagi untuk mendaki puncak Rinjani sepagi mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar